Waktu usia anak-anak, kita sering membayangkan Dia itu Maha Hebat dan Maha SegalaNya. Tidak ada kemampuan bagi kita untuk mengidentifikasikan diri denganNya. Akibatnya, perasaan takut teramat sangat muncul ketika mengingat kepada yang serba Maha itu. Akhirnya, Taqwa pun diartikan takut dan tunduk. Namun perasaan takut ini jugalah yang membuat jarak kita denganNya sangat jauh. Dia yang sangat Suci, sementara kita sangat kotor. Lantas, bagaimana dengan pendekatan Cinta? Bila dengan cinta, tiada lagi perasan takut dan tunduk, melainkan perasaan kepasrahan diri dan keterpesonaan hati kepadaNya. Cinta tidak bisa diterangkan, dan hanya bisa dirasakan. Tidak cukup kosakata yang tersedia untuk menggambarkan bagaimana nikmatnya Cinta. Karena kosakata yang tersedia didominasi oleh kebutuhan fisik sehingga untu...